Sebelum menjelaskan pokok materi sebelumnya guru mengucapkan salam kepada siswanya terlebih dahulu dan guru mengemukakan tujuan pembelajaran melalui program powerpoint sehingga siswa mengetahui arah dan tujuan materi yang disampaikan. Secara bertahap guru mengetik dan mengklik poin-poin pada keyboard kemudian muncullah tampilan di layar. Pandangan semua siswa fokus ke depan untuk memperhatikan penjelasan guru. Kemudian siswa mengetik di laptopnya masing-masing dengan mengacu pada materi yang ditampilkan melalui LCD proyektor.

 Guru menyampaikan materi dengan mengkombinasikan peralatan multimedia yang berupa komputer beserta LCD proyektor melalui program powerpoint. Salah satu metode yang digunakan ialah metode tanya jawab dan ceramah. Guru meminta siswa menjawab satu pertanyaan terkait dengan materi yang akan di pelajarinya dan mendiskusikannya bersama teman sebangku kemudian dibahas secara bersama-sama melalui tampilan powerpoint. Sedangkan siswa fokus memperhatikan apa yang dipresentasikan guru, sementara siswa mengetiknya di laptopnya masing-masing. Namun demikian, ada sebagian siswa yang masih menulis dalam buku catatan karena kurang leluasa mengetik di laptopnya dan ada juga yang disebabkan perangkat laptopnya ketinggalan dengan alasan keberatan membawanya.

 

 

 

Program yang ada dibuat secara manarik, unik dan bervariasi, sehingga tampilan background, animasi obyek dan efek animasi penuh corak, warna, ragam dan model yang berbeda dapat mempengaruhi siswa untuk lebih konsentrasi memperhatikan penjelasan guru. Selain itu, format semacam ini akan membekas pada ingatan siswa dan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga siswa dapat menjadi terampil dalam mengetik. Pembelajaran berbasis TIK yang diterapkan, materi yang disampaikan dan metode yang digunakan mampu menggabungkan aksi-aksi yang ada di antaranya keterampilan penggunaan laptop. Untuk mencari beberapa jumlah kata dalam al-Qur’an, surat, ayat serta bunyi ayatnya guru dan siswa tidak perlu lagi membawa dan membuka fathurrahman atau almu’jam, bahkan terjemahnya juga sudah tersedia dalam toolbar. Media ini sangatlah membantu dalam proses pencarian dalil berupa al-Qur’ran dan as-Sunnah.

Pola pengajaran di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta khususnya kelas ICT tidak hanya berpusat pada guru (teaching based), tetapi guru berfungsi sebagai fasilitator (learning based). Siswa tidak hanya diperlakukan sebagai konsumen informasi, tetapi juga bertindak sebagai produsen pengetahuan, sehingga pembelajaran lebih interaktif, inovatif, variatif, dan tidak menjenuhkan. Guru juga dapat memberikan materi kepada siswa dengan menstransfer materi lewat laptop mereka sendiri dengan peer to peer atau dapat langsung menyimpan materi dalam perangkat CD dan menjadi koleksi multimedia para siswa itu sendiri. Guru hanya fokus pada komputernya di depan dan dengan fasilitas LCD proyektor untuk menampilkan multimedia tersebut. Materi Aqidah yang disampaikan tidak hanya sekedar dihapal. Lebih dari itu, harus dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya salah satu materi pokok tentang iman kepada Allah dimana pada materi tersebut kita harus mempercayai dengan adanya Allah dan kebesarannya seperti halnya adanya penciptaan teknologi yang luar biasa manfaatnya  baik dalam kehidupan maupun dalam  pembelajaran yang saat itu disampaikan oleh pendidik. Oleh sebab itu manusia bisas memanfaatkannya dengan baik dan bisa menumbuh kembangkan kreatifitas dan lebih percaya dan patuh atas kebesaran Allah .

Dari deskripsi di atas, maka dapat dimaknai bahwa media pembelajaran memiliki pengaruh yang besar terhadap motivasi dan fokus pemahaman siswa. Hal ini terjadi karena adanya perpaduan antara penglihatan dan pendengaran secara bersamaan. Tentunya bagi orang yang mendengarkan saja, berbeda dengan mereka yang memperhatikan dengan penuh seksama antara penglihatan dan pendengaran. maka teknologi tersebut memiliki potensi untuk mempengaruhi celah pengembangan dalam proses pendidikan dan bermanfaat untuk ke depan . Dalam konteks ini, TIK adalah representasi dari teknologi tersebut, dan penggunaannya pun harus sesuai prosedur dan tidak sembarangan.

 

 

Berkenaan dengan penerapan TIK, ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:

1.      TIK harus memberikan kontribusi sesuatu yang khusus untuk

pembelajaran agar menjadi pembelajaran yang efektif secara pedagogi.

2.      Harus mengawasi secara ketat dan melihat kontribusi yang ditimbulkan pada pelaksanaannya.

Selain sebagai pendidik dikelas di atas, setiap guru memiliki peranan yang sangat signifikan untuk mencapai keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis TIK, terutama guru materi Aqidah. Di antara peran guru tersebut antara lain :[1]

a.       Pelatih (coaches).

Guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Dengan istilah lain, guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Siswa dimotivasi untuk mengembangkannya sendiri dengan bimbingan guru.

 

 

b.      Konselor.

Guru berperan sebagai konselor, harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar mengajar di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Di samping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal.

c.       Manajer pembelajaran dan partisipan.

Guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Dalam konteks ini, guru tidak hanya mengajar secara fornal dan kaku, tetapi dapat berpartisipasi dengan siswa melalui brainstorming.

d.      Pemimpin.

Guru juga sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Di samping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luar mengajar.

e.       Pembelajar.

Guru berperan sebagai pembelajar, harus terus menerus berusaha mengembangkan dan mengasah potensi yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas profesionalnya. Guru yang disebut mandiri bukanlah sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga edukatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesinya.

Namun dalam hal ini pada pembelajaran di SMP Muhammadiyah 1 yogyakarta belum menyeluruh dalam penerapan pembelajaran berbasis TIK, oleh karena itu adanya metode alternative dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:

a.       Metode ceramah

Metode ceramah merupakan metode tradisional. Metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada siswa, akan tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pembelajaran. Metode ini sangat mendukung guru dalam menyampaikan materi aqidah dengan presentasi powerpoint.

b.      Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian materi dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa dan sebaliknya dari siswa kepada guru. Dalam proses pembelajaran pada materi aqidah siswa kelas VIII A1 SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan materi yang belum jelas.

c.       Metode tugas (penugasan)

Metode ini guru dapat memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan, atau di rumah. Dari hasil wawancara dan observasi, guru selalu memberikan tugas untuk dilakukan siswa baik itu di kelas ataupun di rumah. Misalkan guru meminta siswa menghapalkan dalil yang berhubungan dengan materi aqidah, mengajak siswa untuk mengamalkan materi aqidah yang telah diberikan dalam kehidupan sehari-hari kemudian dievaluasi bersama-sama.

 

 

 

d.      Metode diskusi

Metode di mana siswa/i dihadapkan kepada suatu masalah bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Misalkan pada materi aqidah dengan materi pokok adab bertamu dan menerima tamu. Guru meminta siswa menyebutkan adab bertamu dan adab menerima tamu kemudian guru tersebut menjelaskan dan dianalisis bersama-sama.

e.       Metode situasional

Metode ini menuntut guru supaya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan perasaan gembira dalam berbagai tempat dan keadaan. Sehingga pembelajaran lebih fokus dan lebih menarik.

f.        Metode pemberian contoh

Metode ini merupakan pemberian contoh teladan yang baik (uswatun hasanah) bagi guru terhadap siswa, terutama siswa yang belum mampu berpikir kritis, sehingga mempengaruhi pola-tingkah laku mereka dalam perbuatan sehari-hari. Metode ini sangat berpengaruh besar terhadap siswa karena siswa secara tidak langsung meniru khususnya guru bidang studi aqidah yang tentunya harus mempunyai aqidah yang mulia (mahmudah).

g.       Metode bercerita

Metode ini sangat mendukung dalam pembelajaran materi aqidah. Jadi, ketika guru menyampaikan dalil al-Qur’an maupun al- Hadits, kemudian guru bercerita secara global mengenai sababun nuzul dan sababul wurud dari dalil tersebut. Dengan begitu siswa sangat berkonsentrasi memperhatikan apa yang diceritakan atau disampaikan. Dalam prakteknya, metode mengajar tidak digunakan sendirisendiri, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Dari semua metode di atas, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Sehingga penggunaan metode-metode tersebut disesuaikan dengan materi aqidah dan media pembelajaran. Begitu juga dengan media, tidak semua materi dapat disampaikan dengan alat bantu media. Terkadang tanpa media pun materi lebih cepat sampai kepada siswa. Untuk itu guru harus pandai-pandai memilih metode sehingga dengan materi yang disampaikan dapat dipahami siswa, dengan begitu materi, media dan metode dapat signifikan.

Sementara itu disisi lain bapak kepala sekolah SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta mengatakan akan pengupayaan pengembangan kelas-kelas yang belum terinfrastruktur dalam pembelajaran berbasis TIK, semua itu di karenakan keterbatasan dana yang ada. Untuk mendongkrak adanya pembelajaran berbasis multimedia sementara ini adanya penambahan TV Education yang belum lama di terapkan oleh SMP Muhammadiyah itu sendiri.



[1] Web Owner, Potensi TIK Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Kelas, (http://www.oness.co.id/?pr_content=48)

This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free